Diperkirakan pada abad ke - 15 ada seorang pengembara (Jawara) bernama Sandir, berasal dari blok Lurangung Kuningan ke sebuah hutan belukar yang belum berpenduduk. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari -harinya ia bercocok tanam seperti menanam jagung, ubi kayu, ubi jalar dan padi. Oleh karena kesulitan mendapatkan air yang sangat dibutuhkan baik untuk minum, mandi maupun untuk pertanian, ia sering mencari air kemana-mana, ke berbagai pelosok hutan.
Pada suatu waktu ketika mencari air, sang pengembara ini dikejutkan oleh kedatangan pengembara lain yaitu Sutajaya dari Gebang, dan Parta dari Kaligawe. Kedua pendatang baru ini memiliki maksud dan tujuan yang sama dengan dirinya mencari air. Akhirnya mereka sepakat untuk bersama-sama membuat sumur.
Pekerjaan mereka tidak sia-sia, karena dari sumur yang mereka gali didekat pohon Kondang, ditemukan mata air yang airnya sangat besar dan jernih. Atas persetujuan dan kesepakatan bersama tempat ditemukannya mata air itu diberi nama Sumur Kondang.
Setelah daerah baru ini banyak penghuninya, kedua pengembara ( Sutajaya dan Parta ) pergi lagi meninggalkan Sumur Kondang untuk meneruskan perjalanan masing-masing; sedangkan Buyut Sandir tetap tinggal sebagai sesepuh, sampai meninggal dunia.