ASAL USUL DESA PURWAWINANGUN - Kira-kira 3 km di sebelah utara pengguron Agama Islam Puser Bhumi Setana Gunung Jati terdapat Pasar Celancang yang padat dengan para pedagang dan pembeli dari bebereapa desa yang berada di wilayah kecematan Kapetakan, Kecamatan Cirebon Utara dan Kecamatan Weru. Dilewati jalur jalan raya Cirebon – Indramayu dan angkutan pedesaan Celancang – Plered.
Minggu, 30 November 2014
ASAL USUL DESA GUWA
ASAL USUL DESA GUWA - Ki Baluran yang juga disebut Ki Arga Suta atau Syeh Madunjaya adalah salah seorang putra Pangeran Gesang, demang dari kesultanan Cirebon. Dalam pembagian tanah cakrahan milik orang tuannya yang terletak di sebelah utara perbatasan wilayah Cirebon dan Indramayu, terjadi pertentangan pendapat dengan ketiga saudaranya terutama dengan adiknya Nyi Mertasari. Kedua saudara laki-laki termasuk dirinya berpendapat bahwa anak perempuan cukup mendapat bagian tanah sebesar payung. Pendirian tersebut ditentang Nyi Mertasari, karena menurutnya pembagian tanah harus sama luas.
Kamis, 20 November 2014
ASAL USUL DESA DUKUPUNTANG
ASAL USUL DESA DUKUPUNTANG - Pada waktu terjadi peperangan antara Mbah Kuwu Cirebon dengan Ratu Rajagakuh, pasukan Mbah Kuwu Cirebon dibagi dua kelompok. Kelompok pertama membentang ke jurusan selatan dengan maksud untuk mencegat datangnya musuh dari Rajagaluh, dan kelompok kedua ke jurusan barat untuk membuat benteng pertahanan/penghalang datangnya musuh lewat Bobos. Pendukuhan bekas pembentangan tersebut dinamakan Puntang
Kamis, 13 November 2014
Asal Usul Desa Pabedilan
Asal Usul Desa Pabedilan - Pangeran Sutajaya Upas dari gebang sering berburu ( Bhs. Sunda: Bebedil) di suatu tempat/hutan yang belum berpenghuni yang banyak ditumbuhi pohon kesambi sambil membuat pesanggarahan. Daerah/hutan yang belum berpenghuni itu oleh Pangeran Sutajaya diberi nama Pabedilan, sesuai dengan arti twmpat itu (untuk berburu/bebedil).
Setelah beberapa waktu lamanya muncullah didaerah itu seorang yang bernama Ki Batisari berasal dari Luragung. Karena daerah Pabedilan telah berpenghuni walaupun belum banyak, maka Ki Batisari ditetapkan menjadi pemimpin/kuwu oleh Pangeran Cirebon, yang daerahnya meliputi sampai ke Desa Balagedog.
Rupanya jabatan kuwu itu dikehendaki pula oleh saudaranya Ki Buyut Batisari yang bernama Ki Rendot. Ki Buyutsari tidak menghendaki adanya perebutan kekuasaan, ia memilih mengalah dan kekuasaan diberikan kepada Ki Rendot. Ternyata jabatan Ki Rendot hanya sebentar saja, karena ia membangkang terhadap tugas dari Pangeran Cirebon, sehingga pihak penguasa Cirebon memberhentikannya dan mengangkat kembali Ki Batisari sebagai kuwu Pabedilan hingga memerintah dalam waktu yang cukup lama.
Pada waktu Belanda datang terjadi perundingan antara Belanda dan Ki Batisari mengenai sewa pembuatan jalan umum dan jalan kereta api. Sejak itu Pabedilan terbagi tiga, yakni menjadi Desa Pabedilan Wetan , Pabedilan Kulon dan Balagedog, yang masing-masing dipimpin oleh seorang kuwu.
Setelah Ki Batisari meninggal dunia terjadilah perubahan cara pergantian jabatan kuwu. Seorang kuwu tidak begitu saja diangkat, melainkan dipilih langsung oleh rakyat atau sebelumnya diadakan kodrah umbuhan. Kebiasaan tersebut berlaku turun temurun hingga sekarang. Makam Ki Buyut Batisari dianggap keramat, sering dikunjungi dan dijadikan tempat menyepi setiap malam Jum’at Kliwon. Sebagian masyarakat Pabedilan sangat tabu/pamali/ipat-ipat/larangan memakan ikan lele, burung tekukur dan daging entog/itik.
Kamis, 06 November 2014
ASAL USUL DESA BRINGIN
ASAL USUL DESA BRINGIN - Desa Bringin adalah salah satu desa dalam wilayah kecamatan Ciwaringin, kabupaten daerah tingka II Cirebon Luas wilayah desa Bringin 226,478 Ha. Dengan mata pencaharian penduduk mayoritas petani, dan beragama islam.
Konon, setelah perang kedongdong berakhir, 40 orang Ki Gede yang ikut berperang akan kembali ke tempat asal masing-masing. Dalam perjalanan pulang mereka beristirahat. Mereka bernaung di bawah pohon bringin yang rindang, dan karena kelelahan mereka tertidur dengan lelapnya. Ketika mereka bangun, ada aura tanpa ujud yang mengatakan bahwa orang yang datang ke tempat itu disebut KI Gede Bringin. Orang yang pertama datang adalah Ki Gede Srangin di kenal dengan sebutan Ki Gede Bringin.
Setelah bangun dari tempat tidur itu, ke empat puluh Ki Gede merasa haus dan ingin minum. Mereka akan mencari air untuk minum namun di cegah oleh Ki Gede Srangin, kemudian ki Gede Serangin menancapkan golok jimatnya yang bernama bandawasa ke tanah. Dari tancapan golok bandawasa, tanah itu keluar air. Mereka minum untuk menghilangkan dahaganya. Tempat keluar air itu akhirnya menjadi sebuah sumur yang disebut “sumur kedokan wungu”
-Kedokan artinya telaga
- Wungu artinya bangunan (tangi – Bhs. Jawa), yaitu para Ki Gede bangun dari tidurnya.
Sumur kedokan wungu terletak di sebelah utara desa bringin yang sekarang, ± 100 meter, di dalam sumur tersebut dulunya terdapat belut putih, ikan gabus pitak, ikan lele yang hanya ada kepalanya dan duri serta ekornya saja (tanpa ada dagingnya), dan kadang-kadang muncul bulus putih yang katanya bulus itu berasal dari Telaga Remis Cikarang,
Ke empat puluh Ki Gede, yaitu Ki Gede Srangin beserta kawan-kawannya pergi ke Kedongdong untuk membuat batas tanah. Batas tanah tersebut akhirnya disebut Rajeg Kedongdong, yang sekarang membatasi wilayah Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Indramayu.
Setelah itu Ki Gede Bringin mengubur jimatnya yang bernama golok Bandawasa di Kedongdong, tempat tersebut sekarang disebut Ki Buyut Bandawasa. Kemudian ki Gede Srangin kembali ke tempat Sumur Kedokan Wungu dan disana membangun padukuhan. Padukuhan itu sekarang adalah Desa Bringin.
Sumber :http://vanhellsink.blogspot.com/2010/08/asal-usul-desa-bringin.html
Sabtu, 01 November 2014
ASAL MUASAL DESA PEGAGAN
ASAL MUASAL DESA PEGAGAN - Sebelum menjadi Desa Pegagan, wilayah ini dahulu kala terdiri dari hutan-hutan dan banyak rawa-rawanya. Karena hutan tersebut dipisahkan olah rawa-rawa dan sungai, maka Sunan Gunung Jati memberi nama wilayah itu Pulau Raja. Kemudian setelah hutan-hutan dibabad dan dibakar maka jadilah hamparan pesawahan yang sangat luas. Oleh penduduk tanah tersebut dijadikan lahan pertanian, disebut Pegagan. Maka bermukim di padukuan, sekarang Desa Dukuh. Melihat kesuburan tanah di Pegagan dan luasnya lahan yang tersedia, maka banyaklah penduduk yang berdatangan untuk ikut menggarap sawah dan ladang. Lambat laun karena banyak yang bermukim di Pegagan tersebut, maka jadilah perkampungan yang disebut kampung Pegagan, asal kata dari Pegagaan.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)
Kecamatan
Arjawinangun
Astanajapura
Babakan
Beber
Ciledug
Ciwaringin
Depok
Dukupuntang
Gebang
Gegesik
Gempol
Greged
Gunungjati
Jamblang
Kaliwedi
Kapetakan
Karangsembung
Karangwareng
Kedawung
Klangenan
Lemahabang
Losari
Mundu
Pabedilan
Pabuaran
Palimanan
Pangenan
Panguragan
Pasaleman
Plered
Plumbon
Sedong
Sumber
Suranenggala
Susukan
Susukan Lebak
Talun
Tengahtani
Waled
Weru