BREAKING NEWS

Jumat, 16 Januari 2015

Bendera Macan Ali simbol Kebesaran Kerajaan Cirebon


Singha Barwang atau terkenal juga dengan Macan Ali adalah simbol dan bendera kerajaan di Cirebon yang digunakan sejak zaman kerajaan Indraprahasta ( ± 300-400 M ), Wanagiri, Singhapura, dan terakhir kerajaan Cerbon ( 1482 M ). Macan Ali merupakan kaligrafi berbentuk seekor macan atau singa, bertuliskan kalimat syahadat “LAILAHA ILLALLAH MUHAMMAD DARROSULALLAH”. Sebuah kalimat suci atas pengakuan Allah sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai utusan Allah, kalimat yang wajib diucapkan bagi setiap orang yang masuk Islam. Dalam bendera Macan Ali terdapat:

1. Dua bintang dengan delapan sisi yang melambangkan Nabi Muhammad dan Fatimah.
2. Singa Kecil dan besar serta dua buah pedang yang menyilang yang melambangkan pedang zulfikar milik Imam Ali.
3. Singa besar yaitu Asadullah atau singa Allah yang diterjemahkan dengan Macan Ali.
4. Lima orang manusia suci sebagai sumber petunjuk dan hidayah.
bendera-macan-ali.jpg 
 Dengan adanya lambang kerajaan berbentuk Macan Ali menunjukkan keseriusan Cirebon sebagai pusat penyebaran agama Islam di wilayah barat pulau Jawa. Terbukti hanya dalam satu abad kepemimpinan Sunan Gunung Jati Islam telah berkembang pesat di sebagian besar Jawa Barat menggeser kerajaan Hindu Pajajaran.

Bendera ini pernah berkibar ketika kerajaan Cerbon dan Demak mengusir Portugis dari Sunda Kelapa ( 1528-1529 M ). Penyerangan ini dipimpin oleh ulama kharismatik Tu Bagus Pasei atau Fadilah Khan atau Fatahillah atau Faletehan bersama pasukan Cirebon. Adapun pasukan Cirebon yang ikut bertempur adalah Angkatan Laut Sarwajala dipimpin oleh Ki Ageng Bungko, Angkatan Darat Yudha Laga dipimpin oleh Pangeran Cirebon, Pasukan Khusus Singha Barwang Jalalullah yang terdiri dari para pendekar harimau yang dipimpin oleh Adipati Cangkuang, dan para pendekar cadangan yang dipimpin oleh Adipati Keling. Bendera Macan Ali bersanding dengan bendera panji Demak yang bergambar dua pedang menyilang dibawahnya terdapat lafadz syahadat berkibar diatas prahu Bantaleo mengiringi kepergian pasukan besar ini. Kemenangan gemilang akhirnya dapat mereka raih dengan mudah.

Walaupun kerajaan Cerbon sudah runtuh, semangat keagamaan dan nilai-nilai tradisi yang saling mengisi akan tetap lestari hingga saat ini. Kad Lalancana Singha Barwang Dwajalullah akan tetap berkibar di hati sanubari Wong Cerbon.

Kamis, 15 Januari 2015

Asal Usul Desa Arjawinangun


Dalam pengembaraannya untuk mencari dan memperdalam agama islam, dua orang Padjajran Raden Walang Sungsang dan adiknya Nyi Rarasantang sampai ke Mesir menunaikan ibadah haji. Raden Walang sungsang pulang ke Cirebon dengan sebutan Haji Abdullah Iman, sedangkan Nyi Rarasantang tetap berada di Mesir karena telah bersuamikan Syarif Abdullah seorang Raja Mesir. Berputra dua oranng yaitu Syraif Hidayahtullah dan Syarif Nurullah. Tidak lama kemudian setelah Syarif Hidayatullah dilahirakan, ayahandanya wafat.

Menginjak usia dewasa, Syarif Hidayahtullah berpamitan kepada ibunya pergi ke Cirebon sambil mencari guru untuk memperdalam ajaran Agama Islam. Di Cirebon bertemu dengan uwaknya H.Abdullah Iman atau disebut juga Pangeran Cakra Buana yang telah memiliki seorang putri bernama nyi Mas Pakung wati, dari pernikahannya dengan Nyai Endang Geulis. Syarif hidayahtullah dinikahkan dengan Nyi Mas Pakung wati dan menduduki Keraton Pakung Wati dengan gelar Sultan Syarif Hidayahtullah atas pemberian nama uaknya P.Cakra Buana.

Belum lama di Cirebon, Syarif Hidayahtullah pergi mengembara ke Negri Cina untuk menuntut ilmu dan menyebarkan Agama Islam. Di Negeri Cina Syarif hidayahtullah sangat dihormati oleh masyarakat yang didatangi dan banyak pula yang menganut Agama Islam. Karena dianggap orang sakti dan sangat ramah dengan penduduk.

Pada suatu ketikas tejadi kebakaran di pembakaran keramik, di dalam rumah yang menyala-nyala dilanda api, tak ada seorangpun yang berani menyelamatkan bayi yang masih ada didalamnya. Dengan tenangnya Syarif Hidayahtullah masuk untuk menyelamatkan bayi lewat kobaran api yang menyala. Bayi dapat diselamatkan dengan keadaan segar bugar, begitu pula dengan Syarif hidayahtullah, pakaiannya tidak terbakar sedikitpun. Penduduk terkagum-kagum dan dianggapnya orang sakti.

Peristiwa itu terdengar Kaisar Cina yang menjadikan dirinya gusar dan marah. Maka dibuatlah tipu muslihat, diundanglah Syarif Hidayahtullah ke Istana untuk menebak apakah putri An Liong Tien benar-benar mengandung atau tidak. Dikatakannya oleh Syarif Hidayahtullah bahwa putri tuan besar mengandung. Semula Syarif Hidayahtullah akan menerima hukuman yang berat dari kaisar karena diperut Putri An Liong Tin hanyalah sebuah bantal belaka yang diletakkan didalam perutnya, sehingga persis seprti orang mengandung. Akan tetapi dalam keputren seorang emban menjerit-jerit bahwa Putri An Liong tin benar-benar mengandung. Setelah dilihat oleh kaisar benar juga adanya. Syarif hidayahtullah menyelinap keluar dari istana dan kembali ke Cirebon.

Putri An Liong Tin berpamitan kepada ayahnya untuk mencari calon suaminya di Cirebon. Dalam pertemuannya di gunung jati putri An Liong tin dinikahi oleh Syarif Hidayahtullah dan di tempatkan di daerah Luragung. Putri An Liong Tin dikenal pula dengan sebutan Ratu Petis, karena gemar makan petis.

Ketika Putri An Liong Tin melahirkan, bayi yang baru dilahirkan meninggal dunia. Karena merasa kehilangan, Putri An Liong Tin mengangkat putra Ki Gede Luragung bernama Arya Kemuning, kemudian namanya menjadi Adipati Arya Kemuning.

Pada saat menginjak usia dewasa, Dipati Arya Kemuning yang telah ditinggal ibunya wafat, pergi ke Gunung Jati untuk ayahandanya Sultan Syarif Hidayahtullah. Sulatan Syarif Hidayatullah menerimanya dengan suka hati, kemudian Dipati Arya kemuning ditugaskan untuk mengundang Suryadarma di Indramayu agar datang ke Gunung Jati.

Sekembalinya Arya Kemuning setelah melaksanakan amanat ayahandanya, karena kelelahan, Dipati Arya Kemuning istirahat untuk melepaskan lelah. Ditempat istirahat Dipati Arya Kemuning itulah sekarang disebutnya Desa Arjawinangun.

Arjawinangun terdiri dari dua kata yaitu ARJA dan WINANGUN. Arja artinya bahagia dan Winangun artinya membangun atau telah selesai melaksanakan tugas.

Selasa, 13 Januari 2015

Masyarakat Gegesik Adakan Adat Tahunan Dalam Rangka Maulid Nabi Muhammad SAW

Dalam rangka memperingati hari lahirnya Nabiyullah Muhammad SAW, masyarakat Gegesik mengadakan arak-arakan panjang jimat yang merupakan tradisi tahunan dan dilaksanakan pada hari Kamis 8 Januari 2015.
 
Kegiatan tersebut dihadiri oleh Camat Gegesik, sesepuh masyarakat Gegesik, kaum adat, Pejabat Pemda Kabupaten Cirebon, Muspika Kecamatan Gegesik, Kuwu se-Kecamatan Gegesik, masyarakat desa sekitar, juga wisatawan lokal dari Kabupaten Indramayu, Kuningan, Kota Cirebon serta Majalengka.
 
Ketua pelaksana Pelalan, Kaur Kesra Desa Gegesik Lor Tarman dalam pemaparanya mengatakan acara tradisi masyarakat Gegesik mengarak pusaka berupa Gruda adalah adat-istiadat para sesepuh masyarakat Gegesik secara turun-temurun setiap tahunnya merupakan agenda tahunan yang dilaksanakan pada tanggal 17 Maulid Nabi dan kegiatan puncak acara peringatan Maulid Nabi.
 
Sedangkan menurut Camat Gegesik bahwa kegiatan atau karnaval ini merupakan agenda tahunan yang di lakukan masyarakat Gegesik yang bertujuan untuk mempererat silaturahmi antara kuwu-kuwu, masyarakat Desa Gegesik dan para sesepuh tokoh masyarakat yang mengetahui sejarah Desa Gegesik.
 
Dari rangkaian kegiatan tersebut sebelumnya telah dilaksanakan kegiatan seperti bakti sosial, khitanan masal, ceramah keagamaan serta kegiatan-kegiatan pertunjukan rakyat tradisional berupa massres (sandiwara). Kegiatan tersebut juga mementaskan berbagai kesenian tradisional dengan tujuan melestarikan kebudayaan daerah yang bisa dijadikan duta seni bagi bangsa khususnya Kabupaten Cirebon.
 
Selanjutnya dilakukan  penilaian hasil kreasi arak-arakkan dan kegiatan tersebut diakhiri dengan doa bersama untuk memohon kepada Allah SWT agar kita senantiasa diberikan berkah dan rahmat serta diberikan hasil panen melimpah di tahun-tahun berikutnya.
 
(intan.V,Sahidin-Diskominfo)

Senin, 12 Januari 2015

Perkemahan Regu Penggalang Ma’arif Nu Nasional (Pergamanas)

Kempek, 08 Januari 2015 berlangsung pembukaan Perkemahan Regu Penggalang Ma’arif Nu Nasional dengan tema “Sako Ma’arif Bersatu, Berkarya, Membangun Karakter”. Acara tersebut dihadiri oleh Menteri Agama, Menteri Pemuda dan Olahraga, Menteri Sosial, Menteri Pendidikan Tinggi Riset Dan Teknologi, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Wakil Gubernur Jawa Barat, Bupati Cirebon serta undangan lainnya. Sebagaimana yang disampaikan oleh K.H. Arifin Junaedi selaku ketua panitia penyelenggara Perkemahan Regu Penggalang Ma’arif NU Nasional (Pergamanas 1) Tahun 2015 diikuti 3.980 regu dan tidak menutup kemungkinan jumlahnya akan terus bertambah karena pendaftaran masih dibuka serta ada beberapa kontingen yang masih dalam perjalanan menuju lokasi perkemahan di Pondok Pesantren KHAS Kempek Kabupaten Cirebon.
 
Dalam sambutannya, Wakil Gubernur Jawa Barat  H. Dedi Mizwar menyampaikan bahwa mempersiapkan generasi masa depan merupakan upaya yang harus dilaksanakan secara berkesinambungan. Membangun generasi masa depan tidak hanya difokuskan pada aspek wawasan dan pengetahuan namun hal yang lebih penting adalah membangun karakter sebagai generasi muda harapan masa depan.
 
Ketua PBNU Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siradj, M.Ag, mengatakan arti dari acara atau aktivitas ini adalah  kita bangun semangat nasionalis bangsa berkarakter yang mengenal dirinya dengan baik yang mandiri mampu negosiasi mampu berdebat dengan siapapun yang semuanya itu untuk menjaga keutuhan Negara Republik Indonesia. Seperti apa yang pernah dikatakan oleh K.H. Hasyim Ash’ari pendiri Nahdlatul Ulama (NU) bahwa semangat Islam tidak boleh dipertentangkan dengan semangat kebangsaan bahkan semuanyan itu harus saling memperkuat, beliau juga berpesan bahwa semangat Islam dan semangat nasionalis harus dua-duanya disinergikan, Islam tanpa nasionalis belum tentu mempersatukan umat. Sebagai contoh Negara Afganistan yang penduduknya 100% islam tidak pernah bersatu bahkan perang saudara berkelanjutan karena tidak mempunyai semangat komitmen nasionalis untuk menjaga dan mempersatukan negaranya, demikian dengan Somal di Afrika Timur 100% penduduknya Islam perang bertahun-tahun, lalu sama halnya dengan Iraq, Syiria dan Libya tidak mempunyai semangat nasionalis untuk komitmen menjaga keutuhan negaranya.
 
Sementara itu Menteri Pemuda dan Olahraga H. Imam Nahrawi, S.Ag membacakan Dasa Darma Pramuka serta berpesan kepada seluruh peserta Pergamanas ini  bahwa harus senantiasa senyum dan semangat dalam menghadapi cuaca yang tidak menentu entah itu panas atau hujan pada saat mengikuti perkemahan tersebut. Setelah memberikan pesan-pesannya, Menpora melakukan tendangan  bola ke arah peserta Pergamanas dan peserta diminta untuk menangkapnya yang kemudian akan diberikan hadiah serta berjanji akan memberikan bola kepada seluruh sekolah madrasah dengan harapannya ingin sekolah-sekolah madrasah dapat berprestasi juga di bidang olahraga, bukan hanya di bidang akademik.
 
Acara dilanjutkan dengan upacara resmi pembukaan Pergamanas dan dihadiri dengan pertunjukan seni tradisional Cirebon seperti tari topeng dan lain-lain.
 
(Kempek, 08/01/2014. Edy’s & Fa’iz, Diskominfo)

Sejarah Acuan Berdirinya Kabupaten Cirebon

Ada perbedaan mendasar mengenai Hari Jadi anatara Kabupaten Cirebon dengan Kota Cirebon. Kota Cirebon membuat acuan berdirinya Cirebon tanggal I Muharrom, saat Cakra Buwana membuka Dukuh Tegal Alang-Alang. Sedangkan Kabupaten Cirebon mengacu pada deklaeasi Pemisahan Diri Cirebon dari Pajajaran, yakni tanggal 12 Shofar 887 H atau 2 April 1482 M.
Sejarah Cirebon menurut berbagai pihak di Cirebon adalah berarti sejarah Indonesia dan sejarah umat Islam. Setidaknya itu adalah anggapan Tim Pemurnian Sejarah Cirebon, seperti yang diungkapkan Kartani dan Kaenudin. Menurut mereka Belanda di Cirebon tidak hanya merusak Aqidah Islam tapi juga sejarah Islam di Cirebon. Menurut Prof. A. Hasjmy, sejarah umat Islam dan Indonesia telah diputarbalik oleh Belanda dan musuh-musuh Islam, begitu juga pendapat H. Alamsyah Ratu Prawiranegara tahun 1981. Sehingga Prof. Mr. MM Djojodigoeno menekankan penting penyelidikan sejarah dilakukan oleh bangsa sendiri untuk mendapatkan obyektifitas.

Sabtu, 03 Januari 2015

Sekilas Tentang Budaya Muludan Cirebon

Muludan artinya merayakan mulud yang berasal dari bahasa arab Maulid yang artinya kelahiran. Bulan ini adalah kelahiran Kanjeng Rasulullah Muhammad saw pada tanggal 12 Robi'ul Awal. Bulan Mulud adalah bulan ke tiga dalam perhitungan kalender Islam Jawa. Di bulan ini biasanya ramai terutama di pusat pemerintahan dijaman Kasultanan Cirebon.

Sperti di kraton-kraton lainnya di tanah Jawa, di Cirebon juga diadakan acara yang dinamakan Grebeg Mulud yang lebih dikenal dengan sebutan "Panjang Djimat". Acara ini diadakan oleh tiga Keraton, yaitu Kasepuhan , Kanoman, Kacirebonan pada tepat tgl 12 Mulud. Acara ini cukup cukup menarik perhatian masyarakat terutama masyarakat di sekitar kota Cirebon.

Sekilas Tentang Panjang Djimat

UPACARA pelal Panjang Jimat sendiri merupakan puncak dari seluruh rangkaian berbagai acara tradisi yang berlangsung di Keraton Kesultanan Kasepuhan, Keraton Kesultanan Kanoman, dan Keraton Kacirebonan. Pelal adalah kata dalam bahasa Jawa Cirebon yang berarti ujung atau akhir.

Seperti daerah lainnya di Pulau Jawa yang memiliki akar budaya tradisi di keraton, peringatan Muludan di Cirebon juga digelar secara meriah sejak sebulan sebelumnya dalam bentuk pesta rakyat dan pasar malam di alun-alun setiap keraton.

PUNCAK dari seluruh rangkaian acara tersebut adalah upacara pelal Panjang Jimat yang diselenggarakan langsung oleh kerabat utama keraton dan dipimpin oleh sultan masing- masing.

Menyelami Kesenian Cirebon

 Tari Topeng

Oleh: PRA. Arief Natadiningrat, SE, MM
LETAK geografis Cirebon yang berada di persimpangan jalan dari berbagai jurusan, menyebabkan kebudayaan di Kota Pesisir ini terkesan tindih-menindih. Salah satu yang amat membekas yakni pengaruh kebudayaan Hindu, baik yang tumbuh di Jawa (Hindu-Jawa) maupun di Sunda (Hindu-Sunda). Indikasi ini misalnya terlihat dari lambang Keraton berupa Harimau putih, yang menurut catatan sejarah merupakan peninggalan dari Kerajaan Hindu-Sunda.

Uang Kertas Rp. 500 Gedung Bank Indonesia (BI) Cirebon

Dari catatan sejarah Gedung Bank Indonesia Cirebon, perencanaan arsitektur gedung yang sekarang menjadi bagian dari Gedung Bank Indonesia Cirebon itu dilakukan oleh Biro Arsitek F.D. Cuypers & Hulswit.

Gedung Bank Indonesia Cirebon in sebelumnya merupakan Kantor Cabang ke-lima dari De Javasche Bank (DJB), yang dibuka pada 31 Juli 1866 dengan nama Agentschap van De Javasche Bank te Cheribon, namun baru beroperasi pada 6 Agustus 1866.

Alamat : Jl. Yos Sudarso No. 5-7, Cirebon

Puteran Sepur Peninggalan Belanda


Dulunya tempat ini dikenal angker oleh masyarakat setempat, karena selain pernah terdapat pohon beringin besar berusia ratusan tahun, konon menurut masyarakat di tempat ini sering terjadi penampakan mahluk gaib.

Lukisan Kaca Cirebon

angon


arjuna


Asal Usul Desa Kebarepan

Pada Abad ke- 14 yang  sekarang nama Desa Kebarepan adalah salah satu bagian dari wilayah yang bernama Blok Sikalong yang merupakan daerah yang sangat subur diantara blok-blok yang lain. Selain dialiri oleh sungai Pulosari yang dapat mengairi beberapa perkebunan, pertanian dan perikanan, juga letaknya strategis, tanahnya datar dibawah jalan raya Deanles yang memotong wilayah ini, airnya tetap mengalir walaupun kemarau.

Petuah Syekh Sayrif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)


1. Ingsun titip tajug lan fakir miskin                 
   (Aku titip tajug dan fakir miskin)

2. Yen sembahyang kungsi pucuke panah         
   (Jika shalat harus khusuk dan tawadhu seperti anak  panah yang menancap kuat)

3. Yen puasa den kungsi tetaling gundewa                     
    (Jika puasa harus kuat seperti tali panah)

4. Ibadah kang tetep                                                       
    (Ibadah harus terus menerus)

KAMUS BAHASA CIREBON

A
abang merah. bahasa halus abrit.
abrit (bahasa halus) merah. lihat: abang.
adoh jauh. bahasa halus tebih.
ageng (bahasa halus) besar. lihat gede.
ajeng (bahasa halus) 1. akan. 2. depan. lihat arep.
akeh banyak. bahasa halus katah.
alit (bahasa halus) kecil. lihat cilik.
ambir supaya. bahasa halus supadon.
ana ada. bahasa halus wonten.
andap (bahasa halus) bawah. lihat isor.
angsal (bahasa halus) dapat. lihat olih.
arep 1. akan. 2. depan. bahasa halus ajeng.
awan siang-siang.
awis (bahasa halus) mahal. lihat larang


Panembahan Ratu


Pangeran Panembahan Ratu memegang kekuasaan di Carbon setelah Maulana Fadillah Khan kakeknya wafat pada tahun 1570 Masehi. Ketika Pangeran Mas dinobatkan sebagai penguasa di Carbon bukan sebagai Susuhunan seperti Sunan Gunugn Jati tetapi sebagai Panembahan Ratu. Ketika Pangeran Panembahan Ratu Berkunjung ke Ghiri Sembung dalam iring-iringan dan para menteri dalam upacara itu terganggu  karena di depan Lawang Seketheng telah dihadang oleh Ki Datuk Pardhun yaitu murid Syekh Lemahabang, ia ingin melakukan balas dendam atas kematian gurunya kepada Sunan Gunung Jati dahulu. Di tengah  perjalanan para prajurit berperang melawan Ki Datuk Pardhun yang sangat sakti, pertempuran tersebut sangat seru lalu Ki Datuk Pardhun menyerang Panembahan Ratu, dan akhirnya Ki Datuk Pardhun tewas tertusuk oleh keris Panembahan Ratu, lalu mayatnya dimakamkan. Upacara berjalan terus menuju Ghiri Sembung dan tersebutlah bahwa makam Ki Datuk Pardhun dimakamkan di suatu tempat tetapi tiba-tiba kembali ke tempat dia terbunuh, berkali-kali dibawa dan dikuburkan kembali hingga akhirnya Ki Datuk Pardhun dimakamkan di tempat ia terbunuh.
 
Copyright © 2015 Kabupaten Cirebon
Modif By Ari Saeful Bahri