ASAL-USUL DESA PANONGAN - Disaat
terjadi peperangan antara Kerajaan Rajagaluh dan Pasukan dari Cirebon
yang dipimpin oleh Syekh Syarif Hidayatullah, maka pasukan Cirebon
beristirahat di suatu daerah sambil mengintai kekuatan pasukan Rajagaluh
maka daerah itu dinamakan Panoongan (noong (bahasa sunda)) yang
dalam bahasa sunda berarti tempat pengintaian yang saat ini diabadikan
disempurnakan menjadi salah satu nama desa di Kecamatan Palimanan yaitu “Panongan”. Sedangkan
perang itu sendiri terjadi di gunung petot yang sekarang menjadi salah
satu sumber daya alam untuk bahan baku batu alam, semen dan lain-lain.
Akhirnya peperangan tersebut dimenangkan oleh pasukan Syekh Syarif
Hidayatullah.
Sementara itu peninggalan yang bersejarah di desa Panongan antara lain :
1. Masjid Kramat “Al-Karomah”
2. Banyu Perkulaan yeng berkhasiaat bagi anak balita yang telat berjalan
3. Rebana (Genjing Besar) yang disimpan oleh salah satu sesepuh desa Panongan
4. Poslen dari Cina
5. Bedug
Besar, bedug yang sekarang terdapat di desa Panongan adalah bedug hasil
penukaran dari Keraton Kasepuhan Cirebon, karena bedug yang asli buatan
yang bersamaan dengan Masjid Panongan itu memiliki keistemewaan yang
berbeda dengan bedug yang lainnya pada umumnya. Bedug tersebut apabila
dipukul akan terdengar nyaring dan terdengar jauh. Oleh karena itu,
pihak keratin kasepuhan Cirebon menukar bedug asli yang di desa Panongan
dengan bedug yang terdapat di Keraton Kasepuhan Cirebon.
Keunikan
dari asal-usul yang lain dari sejarah terbentuknya desa Panongan
adalah adanya jaka bawuk dan perawan sunti (jejaka dan perawan yang
tidak pernah menikah). Jaka bawuk dan perawan sunti adalah hasil kutukan
dari para wali yang sedang membangun Masjid Keramat Panongan. Kutukan
tersebut muncul karena terganggunya pembuatan Masjid yang pada saat itu
para wali menargetkan selesai pada malam itu juga. Namun, karena adanya
salah satu perawan yang sedang membersihkan kapuk, pada saat itu kapuk
berterbrangan yang juga menimbulkan ayam jago berkukuk Karen pantulan
kapuk dan cahaya bulan. Hal tersebut beakibatkan berhentinya proses
pembuatan Masjid Al-Karomah yang seharusnya selesai pada malam itu juga.
Namun dikarenakan insiden tersebut Pembuatan Masjid diselesaikan. Dan
para wali mengutuk siapa saja yang mengganggu pembuatan Masjid maka
apabila seorang perawan maka dia akan tidak pernah menikah atau disebut
dengan sebutan Perawan Sunti dan apabila seorang laki-laki akan tidak pernah menikah atau disebut dengan sebutan Jaka Bawuk.
Posting Komentar